Berikut ini adalah artikel yang merupakan bentuk dari salah satu tugas ketika saya menjalani prakuliah di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2014. Salah satu Dosen pengisi prakuliah dengan materi penulisan karya ilmiah menugaskan mahasiswa sekolah pascasarjana untuk menulis artikel. Dalam satu malam berfikir tema yang akan saya angkat, kemudian muncul ide untuk menyoroti permasalahan yang ada di Indonesia berkaitan dengan karakter!
Berbagai
tindak kriminal dapat dengan mudah kita jumpai, baik melalui tayangan televisi
maupun secara langsung. Muncul pertanyaan di benak kita: “Apa yang sedang
terjadi dengan bangsa kita?”. Pertanyaan yang sama muncul ketika kita mengetahui
berbagai tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di lingkungan
pemerintahan. Apa yang kita dengar dan lihat tersebut mengacu kepada satu hal,
yaitu karakter.
Persoalan yang
tidak kalah seriusnya adalah praktik-praktik kebohongan dalam dunia pendidikan
mulai dari menyontek saat ujian sampai plagiatisme. Jika sebagai peserta didik
sudah terbiasa dengan manipulasi ujian, bagaimana jika telah lulus dan bekerja?
Bukankah itu akan melahirkan kembali koruptor-koruptor baru? Bisa jadi, itulah
sebabnya korupsi seakan tiada matinya. Dalam hal ini, dunia pendidikan turut
bertanggungjawab karena menghasilkan lulusan-lulusan yang dari segi akademis
sangat bagus, namun tidak dari segi karakter.
Berbagai fakta
diatas menunjukkan pendidikan karakter bagi pelajar Indonesia menjadi sangat
penting. Meskipun agaknya terlambat dalam menerapkan pendidikan karakter ini,
namun masih lebih baik dari pada tidak sama sekali. Kita masih banyak berharap,
generasi muda kita yang duduk di bangku sekolah kelak akan menjadi orang yang
tidak saja cerdas secara intelektual tapi juga berkarakter. Oleh karena itu,
dunia pendidikan diharapkan menjadi motor penggerak.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di beberapa kota di Tanah air ini, sebanyak
16,35% dari 1.388 responden remaja mengaku telah melakukan hubungan seks diluar
nikah. Sebesar 42,5% responden di Kupang, NTT, melakukan hubungan seks diluar
nikah. Sedangkan 17% responden Sumatera Selatan dan Jawa Barat juga mengaku
melakukan tindakan yang sama (Asmani, 2012:24).
Salah satu
upaya untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia adalah munculnya gagasan
pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia. Gagasan ini muncul
karena proses pendidikan yang selama ini dilakukan dinilai belum sepenuhnya
berhasil dalam membangun manusia Indonesia yang berkarakter atau bahkan bisa
dikatakan pendidikan Indonesia telah gagal dalam membangun karakter bangsa.
Mengingat
pentingnya pendidikan karakter bangsa, maka konsep pendidikan karakter harus
menjadi ruh dari pembangunan bangsa dan negara kita. Untuk itu, maka konsep
pendidikan karakter harus segera dirumuskan menjadi program dan kegiatan yang
operasional untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
mulai saat ini dan masa depan (Narwanti, 2011:14).
Dasar pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Jika seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun, banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Banyak orang tua gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya.
Untuk itulah perlunya pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya kebijakan pendidikan di Indonesia juga mementingkan aspek kecerdasan otak dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan karakter menjadi isu sentral di dunia pendidikan.
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempesonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Beberapa metode dapat dilakukan oleh pihak kepala sekolah dan guru untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada peserta didik, baik menggunakan metode deduktif maupun metode induktif konsultasi.
Dasar pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Jika seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun, banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Banyak orang tua gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya.
Untuk itulah perlunya pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya kebijakan pendidikan di Indonesia juga mementingkan aspek kecerdasan otak dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan karakter menjadi isu sentral di dunia pendidikan.
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempesonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Beberapa metode dapat dilakukan oleh pihak kepala sekolah dan guru untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada peserta didik, baik menggunakan metode deduktif maupun metode induktif konsultasi.
Terimakasih :)
0 komentar:
Posting Komentar