Jumat, 17 April 2015

Pendidikan Karakter ??

Berikut ini adalah artikel yang merupakan bentuk dari salah satu tugas ketika saya menjalani prakuliah di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2014. Salah satu Dosen pengisi prakuliah dengan materi penulisan karya ilmiah menugaskan mahasiswa  sekolah pascasarjana untuk menulis artikel. Dalam satu malam berfikir tema yang akan saya angkat, kemudian muncul ide untuk menyoroti permasalahan yang ada di Indonesia berkaitan dengan karakter! 
 
Berbagai tindak kriminal dapat dengan mudah kita jumpai, baik melalui tayangan televisi maupun secara langsung. Muncul pertanyaan di benak kita: “Apa yang sedang terjadi dengan bangsa kita?”. Pertanyaan yang sama muncul ketika kita mengetahui berbagai tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di lingkungan pemerintahan. Apa yang kita dengar dan lihat tersebut mengacu kepada satu hal, yaitu karakter.
Persoalan yang tidak kalah seriusnya adalah praktik-praktik kebohongan dalam dunia pendidikan mulai dari menyontek saat ujian sampai plagiatisme. Jika sebagai peserta didik sudah terbiasa dengan manipulasi ujian, bagaimana jika telah lulus dan bekerja? Bukankah itu akan melahirkan kembali koruptor-koruptor baru? Bisa jadi, itulah sebabnya korupsi seakan tiada matinya. Dalam hal ini, dunia pendidikan turut bertanggungjawab karena menghasilkan lulusan-lulusan yang dari segi akademis sangat bagus, namun tidak dari segi karakter.
Berbagai fakta diatas menunjukkan pendidikan karakter bagi pelajar Indonesia menjadi sangat penting. Meskipun agaknya terlambat dalam menerapkan pendidikan karakter ini, namun masih lebih baik dari pada tidak sama sekali. Kita masih banyak berharap, generasi muda kita yang duduk di bangku sekolah kelak akan menjadi orang yang tidak saja cerdas secara intelektual tapi juga berkarakter. Oleh karena itu, dunia pendidikan diharapkan menjadi motor penggerak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa kota di Tanah air ini, sebanyak 16,35% dari 1.388 responden remaja mengaku telah melakukan hubungan seks diluar nikah. Sebesar 42,5% responden di Kupang, NTT, melakukan hubungan seks diluar nikah. Sedangkan 17% responden Sumatera Selatan dan Jawa Barat juga mengaku melakukan tindakan yang sama (Asmani, 2012:24).
Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia adalah munculnya gagasan pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia. Gagasan ini muncul karena proses pendidikan yang selama ini dilakukan dinilai belum sepenuhnya berhasil dalam membangun manusia Indonesia yang berkarakter atau bahkan bisa dikatakan pendidikan Indonesia telah gagal dalam membangun karakter bangsa.
Mengingat pentingnya pendidikan karakter bangsa, maka konsep pendidikan karakter harus menjadi ruh dari pembangunan bangsa dan negara kita. Untuk itu, maka konsep pendidikan karakter harus segera dirumuskan menjadi program dan kegiatan yang operasional untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mulai saat ini dan masa depan (Narwanti, 2011:14).

Dasar pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Jika seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun, banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Banyak orang tua gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya.
Untuk itulah perlunya pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya kebijakan pendidikan di Indonesia juga mementingkan aspek kecerdasan otak dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan karakter menjadi isu sentral di dunia pendidikan. 
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempesonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Beberapa metode dapat dilakukan oleh pihak kepala sekolah dan guru untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada peserta didik, baik menggunakan metode deduktif maupun metode induktif konsultasi. 

Terimakasih :)

0 komentar:

Posting Komentar